Senin, 02 Maret 2009

Perjalanan yang Berbeda

Tanpa dinyana-nyana, jalan-jalan juga akhir pekan ini. Ditengah kepenatan studi pustaka untuk bahan proposal sembari menunggu para reporter mengirim berita majalahnya, siapa sangka ada saja waktu untuk jalan-jalan. Pengen sih tiap akhir pekan kelaur kampus ntah kemana......pastinya bareng Ali yang memiliki kemungkinan paling besar untuk bisa diajak. Apa daya, semester ini Ali justru sedang sibuk-sibuknya mengurusi tugasnya. Gentian Li, semester kmarin aku yang sibuk. Rasakanlah dan nikmatilah...huahaaaa

Sabtu (28/2) kemarin diminta tolong Pengmas BEM ITS turut serta untuk menyalurkan bantuan korban bencana banjir ke Bojonegoro. Berawal dari permintaan Infokom untuk mengirim reporter ke Bojonegoro plus yang bisa bawa mobil. Waduh, Sabtu itu reporter meliput semua dan yang bisa nyetir tersisa diriku. Berangkatlah sudah. Dengan syarat......

Satu, mobilnya harus yang OK. Dapatlah Rush. Kalo seperti ini siapa yang nolak. Coba suruh bawa kijang atau panther, kemungkinan besar ditolak karena sudah biasa bawa yang begituan. Heheeeee. (statement ini sedikit dilebih-lebihkan, apaun mobilnya berangkat koq, yang penting jalan-jalan). Kedua, aku gak mau ngeliput because sebenarnya itu tugas Infokom. Nah ITS Online yang seharusnya dapet berita dari Infokom BEM. Bukan sebaliknya seperti yang selama ini terjadi. Tapi karena anak-anak Infokom gak ada yang bisa ikut...apa mau dikata, dengan penuh rasa tidak tega kujalani keduanya. Tapi ikhlas koq.

Kutinggal proposalku, tugasku, tulisanku, editanku, dan janjiku dengan orang. Demi sebuah jalan-jalan di akhir pekan. Jadi sebenarnya saat Elly (Sekmen Pengmas) menanyakan apakah gak ganggu aktivitasku, ya sedikit berbohong ku jawab ”gak papa koq!” Duh...maaf ya mbak.

Delapan orang. Dua dari Brawijaya, lima dari Pengmas BEM ITS, dan aku. Berangkat dengan dua mobil, Panther ma Rush. Satu mobil isi empat orang plus tumpukan kardus-kardus bantuan. Mobil pertama (panther) berisi Pram ma Reike dari Pengmas dan dua perwakilan dari UB. Mobil satunya lagi ada Elly, Niken, ma Endi yang juga dari Pengmas plus aku yang nyetir. Wuakakakaaakk......akhirnya nyetir lagi. Sebenarnya tuh mobil punya Niken, karena jauh dimintalah aku yang bawa. Mungkin gitu kali yah.
Berangkat..........Laii

Tidak ada matahari Sabtu. Sepanjang jalan ada saja rintik hujan yang turun. Mau deras, gerimis, setetes, yang jelas pasti ada yang turun. Benar-benar hari yang indah. Coba saja setiap hari hujan...nyaman rasanya. Perjalanan pun menjadi menyenagkan. Asyik...acik..aciiik. Surabaya, (pinggiran) Gresik, Lamongan, dan Babat. Dampak luapan mulai terlihat. Sawah-sawah terendam, rumah di bantaran sungai mulai tampak tergenang, tanggul-tanggul bersusun-susun dan dari celahnya merembes air Bengawan Solo. Serem juga kalo tanggulnya jebol.....

Tepat saat Zuhur kami tiba di Bojonegoro. Sebelum masuk ke lokasi bencana kami putuskan Shalat dulu...trus makan dulu. Bagian ini yang paling ditunggu-tunggu. Makaaaaaaan. Cari warung dapetnya pecel ma Rawon. Agak beda sih...mungkin ini khas Bojonegoro. Tapi seharusnya aku melayangkan protes ke Pengmas. Pasalnya aku hanya dapat satu porsi, padahal aku ikut tidak hanya sebagai reporter, tapi merangkap sopir. Wah gak bener ini. Ini sama aja dua orang diberi makan satu piring. Pengen sih minta lagi.....tapi malu. Heheeeeee

Lanjut......jalan akses pertama sudah tergenang. Mencapai kepala orang dewasa katanya. Berputarlah kami lewat jalan lain. Alhamdulillah aman dan sampai tujuan.

Kali ini bukanlah perjalan yang biasa dilakukan sebelum-sebelumnya. Memang banyak hal-hal baru sekaligus enak dipandang mata yang biasa kudapati dalam setiap perjalanan. Namun kali ini ada kata baru yang terselip diantara semua keindahan itu. Bencana.

Ternak itu sudah berjajar di kiri kanan jalan. Beratap terpal seadanya mereka berlindung dari hujan gerimis yang belum juga berhenti. Luapan Bengawan membuat mereka harus turut mengungsi. Merekalah ekonomi para penduduk setelah ribuan hektar sawah terendam. Perjalanan terus berlanjut menuju posko bantuan di kantor kecamatan. Genangan banjir semakin terlihat dimana-mana. Sekolah dan beberapa rumah tak luput dari genangan. Perjalanan kali ini agak berbeda dengan sebelumnya. Meski masih bisa tersenyum atau bercanda tawa, ada rasa yang lain dalam hati ini.

Setelah urusan serah terima bantuan selesai. Kami berkesempatan melihat tanggul yang dibangun warga. Semakin miris saja melihat penduduk tetap bertahan dalam genangan. Mereka pun hanya menuggu makanan dari dapur umum. Kesehariannya pun tak lepas dari meninggikan tanggul dan terus meninggikan. Tak lain agar daerah sebelahnya tidak turut terendam. Mengorbankan yang satu untuk menyelamatkan yang lain. Ohh...so sweet. Hujan tetaplah hujan....banjir ya banjir.....senang tetap senang. Inilah Indonesia, diamana masyarakatnya tetap saja bisa tertawa dan sumringah.

Hari beranjak sore. Kami pun mesti pulang. Setelah foto-foto sejenak. Kami tinggalkan lokasi bencana dengan bantuan seadanya. Semoga mampu meringankan meski hanya sementara. Tak banyak pula yang dapat diceritakan karena kami hanya sekilas berada di lokasi bencana. Ingin rasanya berdiam lebih lama.......

Perjalan ini memang berbeda. Selain karena ke temapt yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda, juga karena bersama orang-orang yang berbeda. Semuanya baru pertama kali kukenal. Hanya beberapa saja yang pernah selayang pandang. Namun sebuah perjalanan yang cukup untuk mengidentifikasikan seperti apa kami semua. Hanya dengan sebuah perjalanan kita dapat mengerti bagaimana teman seperjalan kita.
Seorang supervisor pernah berkata, kita bisa mengetahui pribadi seseorang dari tiga waktu. Saat bertransaksi, saat bermalam bersama, atau saat melakukan perjalanan bersama. Heheeee..ada benernya juga sih.

Sampai kampus sekitar pukul 20.30. Terlambat dari waktu yang diperkirakan karena harus berputar dulu di Babat. Ada tanggul jebol, jalan utama ditutup, lalulintas pun dialihkan. Tak apalah...toh dalam mobil ini.

Sampai kampus langsung menuju kantor dalam sambutan Mas Jo. Ada juga teman untuk menginap. Heheee.

”Gimana Mal, dikasih makan apa sama BEM?” tanya mas jo malam itu.
”Rawon mas, siang tadi.”
”Hiahahaaaa....jauh-jauh ke Bojonegoro dikasih rawon.”
”Ndak papa mas, yang penting bisa nyetir bawa mobil bagus.” jawabku
”Mal...mal...., hobi koq jadi sopir!”




NB: Butuh sopir! Jangan sungkan menghubungi saya. heheeeee

Tidak ada komentar: