Rabu, 24 September 2008

Pesona Tambak (Sisi Lain Keputih 1)

Keputih, daerah pinggiran di Surabaya Timur yang dikenal sebagai tempat nongkrong arek-arek ITS. Bersebelahan langsung dengan kampus ITS Sukolilo menjadikan Keputih sarang para mahasiswa ITS. Tak ayal lagi, selain daerah Gebang Putih, Keputih dan daerah sekitarnya telah menjadi rumah bagi para pencari ilmu di ITS.

Dulu, Keputih hanya sebuah kampung biasa yang dihuni oleh para petani, baik petani kebun dengan sawahnya ataupun petani ikan dengan tambaknya. Pastinya bisa kita bayangkan betapa tenangnya kala itu. Hanya ada sekumpulan orang yang dikelilingi berhektar sawah. Seonggok desa di pinggiran Surabaya yang asri dengan lahan-lahan tambaknya. Namun kini Keputih telah berubah.

Tak jauh beda dengan daerah-daerah lainnya, Keputih pun tak mampu bertahan dari kerasnya perubahan zaman. Globalisasi dan modernisasi sedikit demi sedikit turut pula menancapkan tajinya di jantung Keputih. Belum lagi kultur-kultur baru dari ribuan mahasiswa rantau yang menetap di Keputih. Segi positifnya tentu saja ada, banyak malah. Tapi justru karena itu Keputih telah kehilangan sesuatu yang dulu dimilikinya……ketenangan.

Setiap orang selalu bergerak. Dari kos ke kos, dari kos ke kampus, dari kos ke swalayan, dari kos ke warung. Terus saja seperti itu. Rasanya orang-orang itupun tak butuh akan ketenangan. Barangkali mereka sudah lupa. Bahkan pada sisa-sisanya.

Yah….sisa-sisa. Ternyata Keputih masih menyisakan ketenangannya dulu. Ketenangan yang tentu saja sedikit menjauh dari hiruk pikuk kehidupan pemukiman. Ketenangan itu ada pada tambak Keputih. Tambak yang masih tersisa berhektar-hektar dengan sejuta ketenangan dan kenyamanan di dalamnya.

Sejuk………….

Itulah kesan yang pertama saya dapat saat berada di tengah hamparan tambak. Padahal matahari masih menyengat kuat sore itu. Mungkin karena jumlah oksigennya lebih banyak dibanding di Keputih. Maklum saja, jumlah orang yang kita temui dapat dihitung dengan jari. Belum lagi pohon-pohon yang tumbuh membantasi tiap petak tambak, semakin memberi kesan teduh.

Jauh dari kepenatan kampus dan sekitarnya. Jauh dari kebisingan desing kendaraan. Jauh dari raungan orang-orang. Jauh dari udara sumpek. Sungguh Tambak Keputih dapat menjadi obat untuk melepaskan penat meski sejenak.

Tambak Keputih mungkin tak seindah Tambak Wonorejo. Tapi kalo hanya ingin mencari ketenangan ditambah pemandangan yang cukup aduhai terlebih saat matahari akan terbenam, cukuplah Tambak Keputih jadi pilihan.

Bagi yang senag offroad, jalanan tambak sungguh nikmat untuk dilalui. Sumpah………….

Seperti biasa……………….inilah foto-foto lainnya

Pulang atau Berangkat ?


lama tak hujan


cuma dapat tiga

model dadakan

bukan bermaksud narsis

Tulisan : zayn zesha

Foto : ali & zayn zesha


Minggu, 21 September 2008

Sahur on The Road

Pernahkah anda buka puasa bersama? Pastinya sudah. Berbuka bersama kumpulan teman, sekelompok sehobi, seorganisasi, sejurusan, sealumni, dan se-lain sebagainya. Tapi pernahkah anda sahur bersama? Pernah, bareng keluarga di rumah atau bersama pembeli lain di warung (heheee). Berbuka puasa bareng sudahlah biasa. Tapi kalo sahur bareng rasanya tidak semua orang bisa merasakannya. Apalagi sahur di luar ruangan diselimuti dinginnya malam beratapkan bintang-bintang dengan hanya sebungkus nasi berlauk seadanya.

Itu belum seberapa! Bagaimana kalo ditambah dengan jumlah orang yang sahur berjamaah mencapai angka 300 orang. Wuiiiih. Namun itulah yang terjadi pada malam ke 21 ramadhan tahun ini. Adalah para mahasiswa sipil ITS yang berinisiatif untuk menggelar sahur bareng tersebut. Yah, Teknik Sipil ITS, almamaterku.

Angkatan 2005 Sebelum Berangkat

Sahur on The Road adalah jargon yang dibawa. Berangkat dari markas besar Teknik Sipil, rombongan menembus kegelapan malam menuju tempat yang telah ditentukan, Masjid Al-Akbar Surabaya. Satu hal yang membuat sahur bareng ini berkesan adalah kegiatan bagi-bagi nasi bungkus kepada para penghuni malam jalanan Surabaya. Sekitar 2 jam para Sipil’ers keliling Surabaya untuk mencari mereka yang biasa tidur di jalanan beratapkan langit Surabaya. Tukang becak, penjaga gedung, gelandangan tak luput dari pemberian nasi bungkus.

Jadi, selain kumpul-kumpul sekaligus senang-senang mengakrabkan angkatan. Sahur on The Road juga merupakan ajang berbagi kepada kaum papa di jalanan Surabaya.

Akhirnya, kami pun makan bersama di pelataran parkir Masjid Al-Akbar Surabaya.


Berikut beberapa foto yang sempat diambil seadanya saja. Sedikit menggambarkan Penghuni Malam Jalanan surabaya……………

Penulis : zayn zesha

Foto-foto : ali dan zayn zesha


NB: foto-foto yang ada adalah asli tanpa rekayasa. Ngeblur abis karena kamera yang tidak mendukung dan skill fotograper yang terbatas. Idealisme kami adalah membuat gambar tanpa rekayasa komputer (sebab kami masih gaptek) heheeeee.