Perjalanan menuju Ngadiloyo tidaklah terlalu lama. Namun cukup untuk pemanasan hari pertama. View-nya juga bagus. Kiri kanan hanya ada bukit tinggi nan terjal. Kami serasa kecil dibuatnya. Belum lagi angin lembah yang bertiup diantara dua bukit itu. Sejuuuk rasanya……
Ngadiloyo sudah berubah sejak longsor dua tahun lalu. Kini mereka berbenah. Didesain sedemikian rupa. Waktu kami ke sana sedang dalam perbaikan. Tapi sudah dapat meramalkan hasil akhirnya. Sebuah air terjun dengan banyak kolam yang dibuat berundak-undak. Akan banyak pula air yang terjun. Aku makin bangga akan Teknik Sipil. Di tempat sempit dan penuh batu seperti ini, masih saja bisa dibangun bangunan yang indah. “Tidak ada yang tidak bisa dikerjakan oleh Teknik Sipil,” begitu kata Prof Noor Endah. Kalau boleh menambahkan Bu, “tinggal benar atau salah dan boleh atau tidak saja membangunnya.” Pasti Bu Profsetuju.
“Kiri kanan hanya ada bukit tinggi nan terjal. Kami serasa kecil dibuatnya. Belum lagi angin lembah yang bertiup diantara dua bukit itu. Sejuuuk rasanya……”
Hari ini kami lebih banyak menikmati indahnya Sarangan. Beruntung sekali kami datang saat air telaga berada pada debit puncaknya. Tak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya. Tak ada yang berbeda dengan Sarangan. Masih dengan speedboat-nya. Kuda-kuda yang disewakan. Penajaja sate dan bakso. Pengunjung yang datang dengan keluarga, teman, atau pasangan. Monyet-monyet yang turun gunung. Dan sebagainya.
Inilah saat berburu foto.
Siang hari ini, kami bertemu dengan teman lama semasa SMA. Sudah janjian sehari sebelumnya. Mereka kulaih di salah satu Sekolah Keperawatan di Maospati. Lima tahun sudah tidak bertemu, semenjak dirinya pindah ke Caruban sejak pertengahan kelas 2. Namanya Surti Ratna Ningsih. Di sekolah biasa kupanggil Mbak Surti. Dia datang bersama kakak sepupunya yang juga satu sekolah dengan kami dulu. Risa namanya, adik kelasku dulu, juga adik kelas Mbak Surti.
“Suaminya gak dibawa, mbak?” tanyaku. “Halah koen iki Mal, bukannya sampean yang katanya dah nikah?” balasnya. Huahahaaaaaa. Kata-kata itulah yang mengawali pertemuan kami. Topik yang selalu enak untuk diperbincangkan untuk anak muda seumuran kami. Munafik sekali bagi yang menyangkalnya. Kami habiskan sisa hari itu untuk bercengkrama melepas dahaga rindu karena lama tak bertemu. Bercerita tentang teman-teman masa lalu, kenangan-kenangan tak terlupakan, aktivitas saat ini, sampai rencana-rencana ke depan.
Sarangan serasa begitu bersahabat dengan kami. Selain bertemu dengan teman lama semasa SMA. Dunia ini terasa kecil rasanya setelah ketemu Arul. Pria bernama lengkap Azruldin Azis ini berkesempatan ke Sarangan setelah mengahadiri undangan pernikahan temannya di Magetan. Yah….siapa yang menyangka mas………? Sayangnya, Ali yang sedaerah dengan mas Arul tidak sempat bertemu. Kecewanya dia. Duh Ali….maafkan daku.
1 komentar:
SARANGAN Part II :
tanggal 26 Januari, lagi-lagi saya berkunjung kesana..
Posting Komentar