Kamis pagi, pesewat itu telah landing dengan sempurna di Juanda. Air Asia yang membawa penumpang dari Malaysia. Negeri seberang tetangga Indonesia. Beberapa saat kemudian, tampak dua orang perempuan keluar dari terminal kedatangan. Sambil menarik kopernya masing-masing, mereka melihat sekeliling tak berhenti. Mencari seseorang. Tak jumpa, salah satu dari mereka mengeluarkan ponselnya yang telah menggunakan kartu Indonesia. Berkali-kali dicobanya menghubungi seseorang dari ponselnya. Tak juga ada jawaban. Mereka pun semakin bingung.
Teman Indonesia mereka sepertinya tak menjemput. Dihubungi pun tak dapat. Mereka pesanlah taksi menuju salah satu hotel di kawasan Tunjungan. Mereka bekerja di Malaysia, lulus S1 beberapa tahun lalu. Ini adalah perjalanan pertamanya ke Indonesia, first time. Temannya yang tak menjemut tadi adalah warga Surabaya yang bekerja di Malaysia. Inilah mengapa mereka ke Surabaya. Pertama kali mereka ke Indonesia mereka memilih Surabaya, bukan Jakarta, bukan Bandung yang lebih dikenal di Malaysia, bukan pula Bali. Tapi Surabaya.
Setelah check-in mereka coba melihat-lihat Surabaya di areal sekitar hotel. Mungkin mereka paham bahwa hari pertama di tempat baru harus sudah mengetahui lingkungan sekitar. Sekitar Tunjungan dan Basuki Rahmat mereka lahap. Saat ingin ke sebrang, mereka gunakan jembatan penyebrangan. Belum lagi menghabiskan tangga naik, mereka telah kami hentikan untuk mengisi kuisioner Tugas Akhir salah satu teman kami. “Oh maaf, kami orang Malaysia. Tak apekah kami isi ini?”
Inilah awal perjumpaan kami dengan mereka. Mereka yang juga senang jalan-jalan. Traveler from Malaysia.
Tidak begitu ingat apakah kami yang menawarkan atau mereka yang meminta. Mungkin juga kami setengah menawarkan dan mereka setengah meminta. Namun akhirnya kami dapat menjadi pemandunya di Surabaya. Mereka merencanakan sampai Sabtu berada di Surabaya. Dari cerita mereka, Ahad sudah ada rencana lain di Kuala Lumpur. Praktis hanya ada hari itu juga dan Jumat keesokan harinya. Ditengah kuliah dan UTS ulang serta asistensi, kami pun ikut mengatur waktu. Tidak lebih untuk sekedar memanjakan mereka di Surabaya.
Kamis malam selepas Isya, kami awali membawa Hidayah dan Hafizah keliling Surabaya. Sungguh, perjalanan pertama mereka ke Indonesia penuh dengan perhitungan dan pertimbangan. Mereka merencanakan berapa lama mereka di Surabaya, apa saja tempat yang harus dikunjungi, hotel murah tempat menginap, bahkan sampai makanan khas Surabaya mereka juga tahu. Dan tak lupa, mereka juga mencatat apa yang mereka lakukan di Surabaya.
G Walk, Al-Akbar, Patung Suro-Boyo di depan Kebun Binatang Surabaya, Taman Bungkul, dan Pasar Keputran menjadi jajanan jalan-jalan kami malam itu. Tentu saja dengan sudut-sudut lain dari Surabaya yang kami lewati dari tempat satu ke tempat lain. Beginilah Surabaya malam. Itulah yang coba kami tunjukkan. Belum sehari kami kenal, suasana sudah sangat cair. Malam pun menjadi hangat. Mungkin karena mobil kami AC-nya habis. Bercerita tentang Indonesia yang dikenal mereka. Begitu pula cerita mereka tentang Malaysia yang kami tahu. Kami berperan lebih dari sekedar pemandu. Tapi teman. Kami semua memang menginginkan demikian.
Karena ada kuliah (orang Malaysia mengatakan Kelas) pagi hari. Selepas Shalat Jumat baru kami bisa mengantarkan mereka ke tempat lain yang wajib dikunjungi di Surabaya. Pertama tentu saja Tugu Pahlawan sebagai ikon Surabaya. Sayang, museumnya sudah tutup. Keluar Tugu Pahlawan kami bawa mereka ke House of Sampoerna, sedikit menunjukkan masa lalu yang tak didapat di Museum Tugu Pahlawan. Lagi-lagi kami terlambat untuk ikut melinting rokok bersama pekerja lain. Next, melewati Jembatan Merah dan Kembang Jepun kami hanya bisa menjelaskan apa dan bagaimana kedua tempat tersebut. Sebelum akhirnya singgaah di Ampel. Sesuatu yang tak boleh terlewat.
gaya......gaya.......dan jepret. TP emang top banget
mengabadikan yang tak boleh terlupakan
Sayang....museumnya tutup
mengabadikan yang tak boleh terlupakan
Sayang....museumnya tutup
Hanya sebentar melihat makam, namun tidak di pasar Ampel. Jiwa kefeminiman mereka sebagai perempuan mulai terlihat. Belanja….belanja….belanja. Shoping……shoping….shoping. terlihat sekali bahwa Ampel dapat menjadi surganya Muslim Malaysia. Jubah dan kerudung mereka borong. “Di Malaysia mahal-mahal,” kata mereka. Menjelang malam kami bawa Shalat Maghrib di Masjid Cheng Ho. Kecil namun futuristik dan berbeda dengan kebanyakan yang lain. “Shalat di Kelenteng kita ini?” tanya mereka.
Dan yang tak boleh tertinggal adalah kampus kami tercinta. Institut Teknologi Sepuluh Nopember alias kampus ITS tercinta. Terakhir yang tak boleh terlewat tentu saja kuliner Surabaya. Warung Pandan Wangi dan suasananya memberikan itu semua. Soto, Rawon, Sate, dan Pecel terpesan. Sayang perut mereka kecil, padahal ingin sekali mencoba rujak cingur, tahu tek, dan lontong balap. Ditambah Es Anti Stres dan Bumi Hangus yang menjadi andalan Pandan Wangi. Makan malam yang tak akan pernah kami lupakan. Untuk oleh-oleh kami bawa mereka ke Mirota. Kebetulan Hidayah ingin mencari batik sedari awal. Dan di sinilah akhir kebersamaan kami di Surabaya.
Kami tidak ingin apa-apa dari apa yang kami lakukan. Kami hanya senang ada yang datang ke Surabaya. Kami cinta Surabaya. Kami hanya ingin membuat mereka juga cinta pada apa yang kami cintai. Hanya itu.
Saat kami mengantarkan mereka kembali ke hotel. Saya mendengar Hafizah setengah berbisik pada Hidayah.
“Enjoy tak?”
“Sangat…sangat.”
Thanks to:
Oyon untuk Escudo-nya Kamis malam
Mas Hardian dan Mbak Nelly untuk Avanza-nya di hari Jumat
Tyzha buat SLR-nya
M Choirul Rizal yang telah mempertemukan kami dengan mereka melalui TA-mu
“Hidayah….Hafizah…tunggu kami di KL!”
7 komentar:
Hi Emal!Saya sudah membaca blog kamu.Terima kasih atas pertolongan kamu dan Ali.sungguh kami tidak akan melupakannya.keep in touch ya.daa.. ;)
your welcome....
terima kasih sudah datang ke Surabaya
mal
* kota pertama itu Batam
* maksudnya apa Ampel boleh terlupakan???
* ITS = Institut Teknologi Sepuluh Nopember !!!! bukan Institut Teknologi Surabaya..
oh iya kemaren jg lewat monumen kapal selam setelah dari mirota tp krn malam jd gk keliatan, malam sebelumnya jg lwt grahadi yg masuk dalam list-nya
buat fizah & dayah jangan bosan-bosan yah datang ke indonesia, ada kita koq yang bisa nemenin kalian.. surprise banget apalagi yang malam terakhir tuh
wah pengalaman yang sip, lupakan sejenak konflik mano...
Salam.. tulisan yg sungguh menarik.. terima kasih atas budi emal & ali yang pasti tidak akan dilupakan..
Makasih atas bantuan kalian berdua (Emal & Ali).. Semoga Allah merahmati kalian.. Keep in touch ya!
@ally
oke Li sudah diperbaiki....
Batam memang pertama, tapi untuk liburan mereka pilih Surabaya pertama.
@aklam
selama dua hari sengaja tak kami singgung soal itu...
eh ayos nginget2 lagi
@daya
Amiiiin..
terimakasih kembali.....
terutama untuk kedatangannya di surabaya
Posting Komentar