Selasa, 13 Oktober 2009

Wisuda dalam Ekspresi

Wisuda adalah hari istimewa bagi sebagian orang. Hari di mana sebagian orang tersebut mengekspresikannya dengan senyum syukur dan tawa bahagia. Ada optimisme di sana. Ada semangat baru di sana.

ya...setidaknya tidak perlu mengekspresikannya dengan berlebihan seperti ini

Meski demikian, ternyata sebagian kecil orang yang lain mengekspresikannya dalam bentuk tanda tanya. Apa sebenarnya yang mereka pikirkan?



Bisa jadi wisuda adalah hari terakhir menapaki kampus. Tidak ada alasan bukan untuk tidak memberikan yang terbaik. Ucapkan sumpah dengan lantang, lantunkan hymne dengan hikmat, dan ikuti prosesinya dengan khusu......
bukan toleh kanan kiri dan bergaya seperti ini




Inilah warna-warni wisuda sebenarnya. Mereka datang tidak dari satu daerah. Tapi mereka datang tidak satu tujuan yang sama. Satu harapan yang sama.



Dan mereka yang dibalik layar...........yang selalu memeliki ceritanya sendiri



Tidak semua akhir selalu indah. Tapi mungkin akan menjadi happy ending jika tetap berusaha untuk hunting......heheeeeee!
buatlah seindah mungkin dan terus ekspresikan diri......

.....karena akan selalu ada keindahan dalam setiap ekspresi.

Sabtu, 10 Oktober 2009

The Future Leader (Sebuah Memori)


Sebuah kumpulan foto Ut temukan dalam compact disk (CD) teman. Beberapa foto yang menghadirkan kembali memori-memori indah dulu. Ternyata rasanya berbeda saat harus mengenang suatu memori yang telah terjadi cukup lama. Saat kita merupakan bagian dari memori itu, akan berbeda dengan saat kita mengenangnya beberapa bulan kemudian. Lebih berbeda lagi setelah bertahun-tahun kemudian. Bisa jadi sikap kita yang berbeda dalam menanggapi memori tersebut yang telah membuat “rasa”nya juga menjadi berbeda.

Tidak percaya! Coba saja lihat foto-foto anda dengan siapa saja saat ini. Bandingkan dengan saat-saat anda mengenangnya beberapa tahun lalu atau beberapa waktu yang akan datang.

Ah sudahlah. Ut tidak ingin terlalu lama berfolosofi tentang itu. Biarkan foto saja yang berbicara.









Buat Mas Fahmi di Arab Saudi, Mas Lutfan di Jerman, dan Mas Dimas di Malaysia; teruslah berjuang dan raih ilmumu setinggi mungkin.

Buat Mas Slamet dan Mas Fuadi di Kalimantan; kami selalu menunggu traktirannya. Awas Item kena batu bara.

Mas Ardi, Mas Fajar, Mas Cholis, Mas Fatih dan Mas Nuril, Mas Khoir; taklukkan Jakarta, kerasnya Jakarta tak sekeras tekad kalian.

Syeh Ibnu di Mataram semoga segera mendapat bidadari di sana, di tengah kesendirianmu.

Mas Andik, terima kasih sudah membuka jalan bagi kami untuk menikah

Buat Mas Dhani, regenerasi ada di tanganmu

Dan selamat buat temen2 yang baru wisuda, ada Dayat, Regar, Deden.

Bagi yang belum lulus, Tomo, Kholid, Subhan, Rony; tetaplah bermimpi seperti Ut ini……..hihiiiiiiiii

Spesial buat mas Moko, maafkan atas segala salah adikmu ini

Yang gak kesebut maaf ya….soale Ut gak tau kejelasan kalian. Heheeee…mohon disori dan dimaklumi!

Sabtu, 03 Oktober 2009

Akhirnya (ada yang) Nikah Juga........

Pecah juga telurnya. Akhirnya ada juga teman kita di Regional IV angkatan III yang memulainya. Memulai itu sulit. Satu langkah pertama itu berat. Gol pertama pun terkadang tidak mudah. Tapi mungkin semua sepakat jika langkah pertama terlaksana maka langkah-langkah berikutnya terasa ringan. Inilah doa kita agar dimudahkan untuk segera menyusul Andik Erwansyah untuk menikah. Heheeeeee………..Amiin.

Rabu 011009, teman kita ini telah menyempurnakan setengah Din-nya. Dengan mempersunting seorang gadis lulusan UGM yang dulunya ternyata teman satu SMA. Kuliah memang tidak pacaran, tapi sepertinya dulu sudah janjian. Hihiiiiiii. Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoir....

Dan kami, lima orang utusan sekaligus wakil seangkatan di PPSDMS memulai perjalanan pertama untuk menyerahkan piala bergilir “Nikah Award” kepada Andik. Perjalanan pertama untuk pernikahan pertama. Perjalanan pertama untuk merentas perjalanan-perjalanan berikutnya. Amiin…lagi.
Ba’da Shubuh ketika matahari belum sempat mengintip dan udara masih begitu sejuknya, kami berlima sudah nangkring di Stasiun Gubeng. Akhirnya, Rapih Dhoho tujuan Blitar menjadi kendaraan kami menuju lokasi walimahan di Kres Kediri. Sayangnya, kami harus berangkat dengan gerutuan. Berangkat dengan penyesalan karena harus menaiki kereta, bukannya motor atau bahkan mobil agar lebih mobile. Berangkat dengan kekesalan atas “pengkhianatan” teman kami sendiri yang ternyata berangkat dengan duduk manis dalam mobil ber-AC bersama para “gadis”nya. Kami sih tidak masalah dan maklum-maklum saja, tapi sepertinya ada seseorang yang tidak bisa memaklumi itu. Heheeee…..sudahlah, toh kami menikmati perjalanan ini. Semoga Tomo dan Wildha sudah bermesraan kembali (ups…kelepasan sebut nama nih).

Pukul 09.30 kami sudah tiba di Setasiun Kras (bukan stasiun tapi Setasiun). Masih ada dua jam sebelum waktu undangan. Dan yang lebih mengesalkan lagi, kembali kami harus menunggu satu orang yang naik mobil itu. Tentu saja seperti biasanya, kalau sudah kumpul ya makan, makan-makan, dan makan lagi. Tidak lupa pula narsisannya.
Wes….gitu aja ya. Selanjutnya nikmati saja foto-fotonya yang sedanya! Selanjutnya kita tunggu bakal ke mana dalam perjalanan (menghadiri pernikahan) kedua nanti. Satu hal yang jelas dan harus pasti adalah ada setidaknya satu orang yang hadir dan mengantarkan piala itu. Di manapun itu……………….