Selasa, 23 Juni 2009

Pesona Malam Irian Barat

Saat semua orang mulai beristirahat untuk menyiapkan tenaga keesokan hari, Keputran justru sudah lebih dulu bangun dan bekerja hingga pagi. Bermacam warna sayuran menghiasi Keputran di bawah siraman cahaya neon. Beribu pedagang, ratusan los, berkilo-kilo dan berikat-ikatSiapa yang tidak kenal Keputran, pasar tradisional yang beroperasi malam hari. Saat semua aktivitas kota Surabaya mulai menurun, Keputran justru bangkit dengan beragam transaksi. pangan petani menjadikan bintang tak lagi dianggap ada. Siang atau malam tak ada bedanya. Inilah Keputran. Pasar tradisional yang sudah menjadi ikon Surabaya. Tujuan wisata para traveller dalam negeri maupun pelancong mancanegara. Juga tempat favorit bagi para fotografer mengabadikan ke-khas-an Keputran.

Namun ada satu tempat yang mungkin tidak begitu dikenal, karena ketenaran Keputran. Lokasi yang tersembunyikan oleh gemerlap Keputran. Tepat berada di sebelah timur pasar dan di seberang Kali Mas. Jalan Irian Barat atau orang juga mengenalnya dengan Irba. Bukan sayuran atau bahan pangan yang dijajakan di sini. Tidak setiap malam ada transaksi di sini. Kecuali penggemar binatang peliharaan, mungkin tidak ada yang mengenal Irba. Sebuah pasar binatang peliharaan. Sebuah pasar malam yang menjajakan hewan-hewan lucu, unik, dan langka. Untuk dipelihara tentunya.


Saya sendiri tidak menyangka ada tempat seperti Irba ini. Bermula dari ajakan teman yang ingin memelihara hewan, saya pun menjadi tahu bahwa di Surabaya ada pasar hewan. Selama ini saya hanya tahu pasar burung yang sudah terkenal seantreo Indonesia, tepatnya di Jalan Diponegoro. Bertambahlah satu pengetahuan saya tentang Surabaya. Bertambah pula cinta saya pada Surabaya.

Pasar Hewan Irian Barat hanya ada pada Rabu malam dan Sabtu malam atau malam Kamis dan Malam Minggu. Kebetulan saya ke Irba pada Rabu malam, jadi tidak begitu padat pengunjung yang menyesakkan Irba. Sejak pukul lima sore, sepanjang jalan ini—dari ujung ke ujung—sudah berubah menjadi pasar. Sisi-sisi jalan dipenuhi pedagang dan hewan-hewannya. Kandang-kandang disusun rapi, dan calon peliharaan pembeli pun sudah bergaya manis dalam kandang, siap beralih kepemilikan. Kita pun tidak perlu terburu-buru dalam memilih calon peliharaan kita, sebab pasar Irba ada sepanjang malam sampai pukul 02.00 dini hari.


Macam hewan yang ada di Pasar Irba memang tidak banyak. Namun yang sedikit itu saja sudah cukup menarik animo warga Surabaya. Sebagian besar hewan yang ada di Irba adalah ikan hias. Mulai dari ikan air tawar sampai ikan air asin. Mulai dari cupang, lou han, sampai kuda laut dan beragam bentuk serta warna ikan yang biasa kita lihat di terumbu-terumbu karang (di televisi). Bagi yang belum pernah punya, ada pula berbagai bentuk aquarium beserta segala macam aksesoris di dalamnya.



Hewan berikutnya yang banyak kita lihat di Irba adalah hamster, hamtaro, tikus kecil, atau sejenisnya. Saya sendiri tidak terlalu mengerti perbedaannya. Beragam warna dan bermacam jenis, bisa beli satu ataupun sepasang, biasanya akan dapat bonus kandang sederhana. Bagi yang ingin lebih memanjakan hamsternya, ada pula kandang yang cukup besar dan berisi berbagai wahana layaknya Ancol atau Jatim Park.

Berikutnya adalah kelinci, binatang lucu berbulu halus. Tidak ada orang yang tidak ingin mengelus bulunya. Pengunjung bisa memilih kelinci anakan atau yang sudah dewasa. Tidak hanya hamster, kelinci pun banyak jenisnya, tinggal pilih saja mana yang kita suka. Dan yang cukup menarik perhatian pengunjung adalah kucing. Mulai dari kucing biasa, kucing andora, sampai kucing persia ada di pasar Irba. Lagi-lagi kita dimanjakan oleh bermacam tekstur bulu dan beragam warna dari kucing-kucing ini.


Selain hewan-hewan di atas, Irba juga menyuguhkan hewan lucu kreasi penjualnya, seperti siput yang rumahnya penuh warna dan gambar menarik. Ada pula hwan langka seperti kura-kura bertempurung gerigi, besanya pun dua kali besar kura-kura biasa. Lebih ekstrem, ada pula beragam jenis ular dan kalajengking. Karena sudah jinak dan terlatih kita bisa memagangnya bahkan menggendongnya. Kata penjualnya sangat-sangat aman, kecuali belum diberi makan dua bulan.


Untuk anda yang berkeinginan membawa peliharaan anda ke manapun anda pergi, di Irba juga ada tupai dan musang yang akan setia berada di saku atau pundak anda ke manapun anda bawa. Bagi yang memiliki kedekatan dengan primata, juga tidak perlu kuatir. Monyet juga ada di pasar Irba. Memang tidak selengkap kebun binatang atau taman safari, namun untuk jenis hewan peliharaan kita tidak akan kecewa.

Irian Barat memang tidak setersohor tetangganya, Keputran. Tapi Irba memiliki pesonanya tersendiri. Bukan hanya tempat transaksi penjual dan pemelihara hewan, Irba sudah mampu untuk menjadi tempat yang layak dan enak dikunjungi. Sekedar cuci mata menikmati malam Surabaya bersama kelucuan dan keunikan hewan-hewan jajanan Irba.


Kebanyakan pengunjung memang keluarga dan pasangan muda-mudi. Anak-anak memang suka dengan hewan peliharaan nan lucu. Bawalah anak anda dan mereka akan merengek saat melihat hamster, “Pa mau Pa….mau pa…mau pa..mau!?”
Bagi yang belum memiliki anak, bawa saja pasangan anda. Saat melihat kucing maka dirinya akan berkata, “Iiihhhh….lutuuna, gemecin deh.”
Dan bagi anda yang belum memiliki pasangan hidup, saya sarankan untuk datang pada Sabtu malam atau malam Minggu. Biasanya akan ada banyak waria di Irba. Pilih saja yang anda suka!

Minggu, 14 Juni 2009

Menghadiri Pernikahan 3

Berhenti sejenak. Berhenti dari kerumitan UAS dan deadline tugas-tugas. Mengisi kembali tenaga dengan rihlah dadakan. Untuk ketiga kalinya, saya jalan-jalan yang diniatkan dalam rangka menghadiri pesta pernikahan. Dengan pasangan yang berbeda tentunya, tempat yang berbeda, dan teman-teman seperjalanan yang berbeda.

Sebenarnya ini perjalanan karena pernikahan yang keempat. Beberapa waktu lama yang lalu, pernah pula pelesiran ke Karanggoso setelah makan kenyang dan gratis di walimahan seorang kakak sekaligus guru di manarul. Sayang, foto-fotonya lenyap bersama penyimpannya.

Yoyok Eko Purwanto, pengantin pria yang tak lain kakak kami di Teknik Sipil. Mantan Kahima saat saya dalam masa pengkaderan. Dialah yang punya gawe ngundang kami-kami ini, delapan orang kru Al-Hadiid. Setengah 2006 dan separuhnya lagi 2005. Dalam Avanza menuju Nganjuk.



Pukul 10.30 kami tiba di tempat acara. Basa-basi, cipika-cipiki, foto-foto, dan makaaaaaannnn. Belum lagi waktu menunjukkan pukul 12.00, kami sudah kabur menuju tempat “sesungguhnya”. Rihlah plus tadabur alam di Air Terjun Sedudo, Nganjuk. Adem bangett……



Tempatnya sejuk sekali, bersih terawat, dan nyaman dinikmati. Bukit-bukitnya menjulang langgang. Kabut-kabut pun masih membalut. Terkesan seram tapi aram-aram. Dan airnya……tentu saja dingin.

Gak kebagian bareng-bareng.....sendirian aja deh


Dasar anak-anak sipil, paling susah kalo sudah lihat bangunan sipil. Ada saja yang dikomentari. Dalam perjalanan pulang dari Sedudo, mampir dulu kami di salah satu bangunan terjun. Objeknya bagus.


Hampir lupa acara (foto) intinya…….

Kamis, 04 Juni 2009

Sebuah Video untuk Kita

Susan Boyle. Mungkin agak asing di telinga kita. Tapi tidak bagi mereka yang cukup mengikuti perkembangan dunia tarik suara khususnya kontes pencarian bakat seluruh dunia.

Saya mendapatkan video ini dari seorang teman yang juga secara tidak sengaja menemukannya di salah satu komputer warnet. Saksikan saja......dan renungkan! mungkin ini sebuah peringatan untuk kita agar tidak pernah meremahkan orang, siapapun dan bagaimanapun dia.





Inilah lirik utuhnya
I Dreamed a Dream

There was a time when men were kind
When their voices were soft

And their words inviting
There was a time when love was blind
And the world was a song
And the song was exciting
There was a time
Then it all went wrong

I dreamed a dream in time gone by
When hope was high
And life worth living
I dreamed that love would never die
I dreamed that God would be forgiving

Then I was young and unafraid
And dreams were made and used and wasted
There was no ransom to be paid
No song unsung, no wine untasted

But the tigers come at night
With their voices soft as thunder
As they tear your hope apart
And they turn your dream to shame

He slept a summer by my side
He filled my days with endless wonder

He took my childhood in his stride
But he was gone when autumn came

And still I dream he'll come to me
That we will live the years together
But there are dreams that cannot be
And there are storms we cannot weather

I had a dream my life would be
So different from this hell I'm living
So different now from what it seemed
Now life has killed the dream I dreamed.

ITS Online's Narcissism

Masih dalam rangka rafting di Kasembon, postingan yang mungkin kurang dan memang agak tidak bermutu ini dipaksakan untuk kelaur juga. Rafting itu pastinya tidak terlupakan bagi kami. Sebanyak mungkin kami ingin menyimpan segala kenangan itu di mana saja. Hilang di satu tempat, masih ada tempat lain di mana kami bisa mencari kenangan itu. Inilah edisi khusus itu, Narsisnya ITS Online.

Apakah ITS Online narsis? Sebagian kami mungkin mengatakan iya. Sebagian yang lain mungkin tidak. Tapi hati dan sikap tidak pernah menyangkal untuk ingin selalu mengapresiasi diri, diakui orang lain, dan menunjukkan eksistensi diri. Sederhana……………….namun inilah buktinya!

Saat rafting



Setelah rafting


Dan saya baru sadar!? Ternyata anak-anak ITS Online cukup modal untuk menjadi seorang model. Tampang tidak usah ditanya. Bergaya sungguh bakat luar biasa. Percaya diri sudah men-jati diri.
Lelaki kami tidak kalah dengan Armand Maulana atau Nicholas Saputra…….sungguh!
Dan ternyata srikandi kami manis-manis juga……saya pun baru menyadarinya!?*&*&%#$#

Namun ingat……kenyataan tidak seperti yang dibayangkan. Foto tak mampu mencerminkan realita. Setidaknya begitu kata orang.


NB:
Maaf buat Ayos…..semua foto (kecuali saat rafting) memang jepretanmu, tapi gak ada fotomu nongol. Selain tidak menjual, pastinya dirimu juga tidak mau ditampilkan bukan?

Maaf juga buat Mas Jo, Yudha, dan Bahtiar yang bilamana sedemikian pun fotonya tidak dimunculkan juga. Dikarenaken memang sebagaimana tidak ikut rafting. Setiap kejadian selalu memiliki tujuan. Setiap tindakan selalu ada konsekuensinya.

Rafting Eeuuuy (The First ITS Online Outbound)

Di ITS Online itu setidaknya ada 11 bloger. Dari semua itu setidaknya lagi hanya ada tujuh bloger yang turut serta dalam rangka menaklukkan derasnya sungai-sungai berbatu. Setiap bloger mungkin menuliskan kisah ini. Berarti akan ada tujuh cerita yang sama. Maka dari itu saya tidak bercerita saja. Bukan karena enggan disamai. Tapi karena malas saja. Dan saya takut…mereka malas juga. Ah sudahlaaah……..akhirnya kami rafting juga.

Sebelum rafting
Sempat tertunda akibat budaya ngaret yang memang sulit dilepaskan, akirnya 14 ini berangkat juga. 11 kru Lantai 6, dua Humas ITS, dan satu fotografer Jawa Pos (sengaja kami bayar untuk mengabadikan kami plus jadi sopir satu dari dua mobil). Heheeee……becanda. Itu tuh suaminya Mbak Dhani, Mas Farid.
Rencana 05.30 berangkat, gak taunya 1,5 jam kemudian baru LSX bisa digeber. Menuju Kasembon, Malang.

Sarapan dulu di Mojoagung. Dari memang selalu begitu, kumpul gak kumpul yang penting makan


teh botol sosro menyambut kedatangan kami di basecamp Kasembon


Percayakah bahwa mereka bersaudara???


detik-detik menjelang basah



Saat rafting
14 orang. Terbagi menjadi tiga boat dengan formasi 5-5-4. Satu boat terdapat satu instruktur yang akan memandu kami berarum jeram. 7,5 km……2 jam……5 jeram….dan bebatuan. Berteriaklah…………!!!!

Tim 1 (Siti, Hana, Tika, Junaidi, Hanza). Tim yang sepertinya paling sepi......paling banyak takutnya.......jarang mendayung......dan pasrah mengikuti arus. Jangan salah, ini tim yang paling lebar soal berteriak.


Tim 2 (Mbak Indah, Mbak Dhani, Ayos, Mas farid). Tim tua yang berpengalaman soal rafting. tapi tetap saja ketegangan alih-alih ketakutan tak bisa ditutupi dari raut-raut mereka.


Tim 3 (Pipit, Tyzha, Huda, Emal, Fajjar). Paling rame dan paling banyak omong. Terus mendayung...terus...dan terus. Instrukturnya mampu menghidupkan suasana. Paling keras teriakannya. Bukan karena takut......tapi dengan berteriak suasana jadi semakin seru dan rileks (begitu kata mas instruktur). Maka berteriaklah!


Buka mulut selebar-lebarnya dan berteriak......


AAAAAaaaaaaaaaAAaaaaaaaa...........


Awas! pegangi Ayos! dia mau melarikan diri (dari kenyataan)

Saat briefing dikatakan bahwa posisi paling aman adalah di depan. maka oleh sebab karena itu, kami menempatkan para perempuan di depan (kecuali tim 2 yang sempat ubah posisi di). kenyataanya, mereka yang berada di posisi depan yang lebih sering jatuh bahkan berbenturan kepala dengan rekan dibelakangnya. mungkin karena jatuhnya ke belakang, aman, dan empuk, jadinya dikatakan aman.

jatuh


jatuh lagi..


lagi-lagi jatuh...


harus diakui bahwa inilah tim paling seru dan paling kompak, the dream team


yes, we can! yes.....we are winner..



Setelah rafting
Setelah basah-basah tentu saja mandi, ganti baju, shalat, dan………….makaaaaaaaaan. makan di tengah persawahan (agak pinggir dikit sih) memang maknyus. Masakan asli desa yang segar, lezat, dan nikmat. Kumpul gak kumpul yang penting makan.

Ini bukan tampang-tampang kelelahan. Ini adalah muka-muka kekecewaan. Kenapa hanya 2 jam? Kenapa hanya 7.5 km? ketagihan.........


Seandainya hujan turun saat rafting.....seru kali ya?? dan untuk keseberapakalinya, teh sosro menyelematkan orang-orang yang takut hujan itu


Mampir di DBL Arena. pindah moda dan istiraha tbarang sejenak. lumayan...sekalian liat Ika Putri di depan J-Tv (ada teh sosro lagi)


Sepertinya mirip adegan di film apa gitu..........?


Sate Padang menutup perjalanan kami hari itu. Yah.....................kumpul gak kumpul yang penting makan


Jika ditanya apa pendapat saya setelah rafting???
Mengasyikkan, tak terlupakan, dan ketagihan

Bagaimana dengan anda……………….????



NB: saya berharap pihak manajemen Teh Sosro membaca postingan ini dan meminta no rekening saya.....